twitter

Sekolah Masak & Akademi Perhotelan

Surabaya - Kampus B Tristar
Kuliah Hemat Biaya
Jl. Kaliwaron 58-60, Surabaya
D3 Tataboga, Perhotelan & Pariwisata
S1 Culinary Business


Graha Tristar
Jln. Raya Jemursari 244 Surabaya.
D3 Tataboga, Perhotelan & Pariwisata
D4 Perhotelan & Pariwisata
S2 Pariwisata

West Campus - Gedung IEU
Raya Dukuh Kupang 157B
S1 International Culinary Business


Informasi
Telp. +62-31 8433224 & 8433225. HP. 08233752227 - 081234506326.
PIN BB: 2A6A1F4E - 2B425821

Jakarta - Kampus Tristar BSD
S1 Culinary Business
Telp: 021-5380668.
HP: 081286358533. PIN BB: 2A96E298.
Fax: 021-53155652.
Ruko BSD Sektor 7. Blok RL 31-33.
Serpong - Tangerang

Pages

Pelatihan Wira Usaha di Nusa Tenggara Barat


Elaborasi Tristar Culinary Institute (TCI) dan PT Amerta Pijar Indonesia (API)

30 Ibu Rumah Tangga dari NTB Diajari Bikin Siomay, Abon Ikan, Tahu dan Tempe

UPAYA meningkatkan ketrampilan ibu rumah tangga di bidang kuliner --guna membangkitkan ekonomi keluarga-- di daerah marginal, seperti Desa Hu’u dan Desa Adu Kecamatan Hu’u Kabupaten Dompu Nusa Tenggara Barat (NTB),  mendapat apresiasi positif dari Kementerian ESDM melalui rekanannya yakni PT Amerta Pijar Indonesia (API).

Gayung pun bersambut. PT API yang berpusat di Jakarta langsung menggandeng pihak Tristar Culinary Insitute (TCI), yang sudah berpengalaman dalam memberikan pelatihan teknologi tepat guna kepada masyarakat. Dalam kesempatan kali ini, 30 orang ibu rumah tangga dari NTB mengikuti pelatihan membuat siomay, abon ikan, tahu dan tempe.


Peserta pelatihan dibagi dua kelompok masing-masing beranggotakan 15 orang. Tim pertama, membuat siomay lengkap dengan sambalnya dan membuat abon ikan pedas. Untuk tim pertama instrukturnya Nursanti dari TCI) dibantu asisten M Abdul Rozy. Sementara itu, untuk tim kedua mempercayakan Indah Fitriana sebagai instruktur dibantu asisten Hafid Hurriah.

Tim pertama mengadakan praktik pembuatan siomay dan abon ikan di rumah Ibu Yanti, yang beralamat Desa Adu Kecamatan Hu’u Kabupaten Dompu. Sedangkan tim kedua yang mempraktikkan pembuatan tahu dan pengolahannya (susu kedelai dan nugget dari ampas tahu) serta tempe (dan teknik pembuatan ragi tempe).

Pelatihan yang dihelat selama dua hari pada tanggal 22 dan 23 Oktober ini betul-betul berkesan di mata peserta pelatihan maupun pihak PT Amerta Pijar Indonesia (API). Menurut informasi dari API, pascapelatihan kemarin, produk siomay dan abon dari kelompok pertama langsung mendapat respons warga. Siomay dan sambalnya diorder Rp 100 ribuan, sedangkan abon ikan terjual Rp 500 ribuan.

”Untuk order berikutnya --tim pertama yang diketuai Ibu Romelah-- kembali diorder warga sekitar yang memesan dibuatkan siomay dan abon ikan. Fakta ini membuat mereka semakin antusias membentuk usaha mikro kecil yang modalnya dari urunan ibu-ibu anggota kelompok,” tutur Rene dari PT API kepada Nursanti dari TCI Surabaya.

Nursanti dari TCI mengatakan, tim kecil dari TCI –yang terdiri dari empat orang--jauh-jauh terbang ke NTB untuk sharing dengan peserta bagaimana membuat siomay dan sambalnya, abon ikan pedas, tahu dan produk olahannya (susu kedelai dan nugget dari limbah tahu), tempe dan ragi tempe, yang higienis, enak rasanya dan layak untuk dikomersialkan meskipun hanya dalam skala rumahan (home industry).

Sebelum berangkat ke NTB, timnya sudah mempersiapkan  bumbu dan bahan masakan, seperti kemiri, cabai, wortel, bengkoang, bawang prei, merica, kecap, gula, kacang tanah, bahan untukm abon, kedelai. Sendangkan untuk peralatannya antara lain plastik untuk cetakan tempe, cetakan tahu, selang, thermometer, gelas ukur, spatula, timbangan dan saringan.

”Dengan demikian, selama di tempat pelatihan kami tinggal melengkapi bahan-bahan yang lain seperti daging ikan, kedelai, dan bahan lain yang tersedia di NTB.  Syukurlah selama pelatihan dua hari semuanya berjalan lancar dan peserta pun puas setelah mengikuti kursus tersebut,” ujar Nursanti, yang diamini Indah Fitriana.

Indah Fitriana menambahkan, dalam  pelatihan pembuatan tempe itu peserta juga diajarkan bagaimana membuatb ragi tempe. Pasalnya, harga ragi tempe di NTB relatif mahal, juga barangnya susah diperoleh di pasaran. Karena itu, dengan membekali peserta pelatihan membuat ragi tempe sendiri, maka kendala tersebut paling tidak sudah bisa teratasi.

”Sebelum bertolak ke NTB, kami juga sudah uji coba membuat ragi tempe yang ditumbuhkan di media bekatul jagung dan beras. Dari hasil uji coba tersebut menunjukkan hasil yang positif,” ujar Indah dengan wajah sumringah.

Kehadirannya ke NTB menjadi pengalaman berharga. Pasalnya, lokasi pelatihan itu boleh dibilang daerah marginal. Dari Bandara Sultan Hasanuddin NTB ke Dompu (tenpat menginap tim TCI di resort Ani Lestari) ditempuh perjalanan darat dua jam.

Dari tempat penginapan ke lokasi tim pertama (pembuatan siomay dan abon ikan) hanya ditempuh lima menit, sedangkan perjalanan dari penginapan ke lokasi tim kedua (pembuatan tahu dan tempe) kurang lebih 15 menit. “Sisa waktu usai member pelatihan dua hari di NTB, kami manfaatkan bersama anggota tim TCI untuk melepas penat dengan pelesir di pantai lakey dan pantai cempe,” pungkasnya. (ahn)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar